Minggu, 01 November 2015

decision support system pada PT PLN (Persero)



 DECISION SUPPORT SYSTEM 
PADA PT PLN (Persero)




Mata Kuliah :
 Sistem Informasi Manajemen
Dosen Pengampu : Septia Lutfi














Disusun Oleh : Esty Rahayu Astutik
NIM : 1140273
Jurusan : Akuntansi



STIE BANK BPD JATENG
SEMARANG
2015




KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap  pembaca.
   
                                                                                     

Semarang, 2 November 2015
                                                                                                                                          

Penulis

       I.            PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV.NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas.
Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW. Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

2.      Rumusan Masalah
1.      Sistem Informasi Manajemen Dalam PT PLN (Persero)
2.      Proses dalam pengambilan keputusannya
3.      Pemanfaatan teknologi pada perusahaan PLN

    II.            PEMBAHASAN
1.      Sistem Informasi Manajemen Dalam PT PLN (Persero)
Program pengembangan system informasi manajemen PLN memprioritaskan
implementasi aplikasi perusahaan dan manajemen pelanggan.
Aktivitas yang telah dilakukan perusahaan hingga akhir 2006 adalah antara lain:
1. Enterprise Resource Planning (ERP)
• Operasi sepenuhnya dari system ERP dimulai dari 4 projek awal (pilot project), antara lain: kantor utama, distribusi bali, distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PLN P3B.
• Inisiasi implementasi program Go Live Support Extension (GLSE)
Dengan pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), yang telah dilakukan pada kantor utama, distribusi Bali, distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PLN P3B dan ditujukan sebagai program implementasi awal dari Go Live Support Extension (GLSE) yang ditujukan untuk mendukung perubahan sistem informasi manajemen secara luas dalam operasional PLN yang sebelumnya belum maksimal dalam menerapkan ERP.
2. Information Technology Master Plan (ITMP)
• Pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), dimana salah satunya adalah corporate and shared services (CSSC – Corporate Share Services Center).
• Pengaturan dari skenario yang terbesar dari pengembangan sebuah Customer
Information System (CIS).
Selain telah menerapkan ERP, PLN juga sedang mengembangkan salah satu aplikasi ERP yang mencakup rencana pembuatan beberapa aplikasi yang termasuk dalam Information Technology Master Plan (ITMP) (rencana utama teknologi informasi) yang mencakup rencana pembuatan aplikasi corporate and shared services (CSSC – Corporate Share Services Center) yang menunjukkan integrasi antar unit PLN di satu wilayah operasi yang akan memudahkan pertukaran informasi antar unit PLN dalam wilayah operasi tersebut. Cakupan pengembangan aplikasi menurut ITMP lainnya adalah pengaturan dari scenario yang terbesar dari pengembangan sebuah Customer Information System (CIS) yang tentu saja akan memudahkan pengaturan seluruh data pelanggan, dan untuk memudahkan penentuan beban tarif yang akan ditagih pada pelanggan, sebab dengan cara manual sudah sangat tidak memungkinkan dengan bertambahnya jumlah pelanggan PLN. Dalam mengimplementasikan CIS ini, PLN telah membentuk tim untuk merancang kebijakan dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi CIS ini di tahun 2006.

3. Information Technology Detail Implementation Plan (ITDP)
Penyelesaian laporan dari awal, yaitu pengisian kuesioner untuk DisCo(Distribusi), TransCo(Transmisi), dan GenCo(Generasi), dan kemudian akan dilanjutkan dengan studi komparatif pada praktek terbaik sebelum kompilasi akhir dari dokumen perencanaan detail IT (IT Details Plan document).
4. Customer Information System (CIS)
Pembentukan tim koordinasi CIS PLN 2006 yang menyusun dan menyiapkan rencana kebijakan dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi CIS PLN 2006.
5. E-Procurement
• Modul KHS (Unit Price Agreement) dari aplikasi e-Proc telah beroperasi dalam beberapa bagian unit PLN.
• Aplikasi SIMAT menggunakan aplikasi data pendukung dari keseimbangan
supply material untuk e-Proc dalam 17 unit.
Pengembangan system infomasi lainnya yang diimplementasikan pada tahun 2006 adalah E-procurement, yaitu pengadaan barang secara on-line. Di sini, para supplier harus mendaftarkan perusahaannya terlebih dahulu pada PLN, setelah mendaftarkan perusahaan, PLN akan memberikan ID dan Password bagi perusahaan tersebut. ID dan Password ini digunakan untuk masuk ke web site pengadaan PLN dan kemudian akan memberikan penawaran pada PLN. PLN kemudian akan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain yang juga telah memberikan penawaran dengan modul KHS (Unit Price Agreement / persetujuan harga unit). Supplier yang keluar sebagai pemenang akan diberitahukan melalui e-mail, web site PLN maupun telepon.
Aplikasi yang digunakan adalah aplikasi SIMAT yang menggunakan aplikasi data pendukung dari keseimbangan supply material untuk e-Proc dalam 17 unit. Hal ini berarti bahwa jika salah satu jenis stock barang yang saling bergantung telah hampir habis, maka aplikasi ini akan memberitahukan untuk segera melakukan pengadaan material yang telah hamper habis tersebut. Sebagai contoh, satu buah tiang listrik harus menampung 5 kabel listrik. Jika kabel listrik sisa 4 maka sistem akan segera memberitahukan untuk melakuikan pengadaan kabel listrik agar segera menjadi 5 untuk memenuhi syarat sebuah tiang listrik tersebut.
6. I-SMS
• Penyelesaian dari Service Cooperation Agreement untuk I-SMS 8123 untuk
periode tahun 2006-2007 antara PT PLN (Persero) dan operator selular sebagai penyedia konten (Content Provider).
 Penandatanganan kontrak (Agreement) dari layanan I-SMS out-in Service Pilot Project Implementation telah diadakan di APJ Surabaya Selatan pada unit distribusi PLN Jawa Timur
System informasi lainnya yang baru diterapkan adalah I-SMS 8123 yang akan selesai diimplementasikan pada tahun 2006-2007 antara PT PLN (Persero) dan operator selular sebagai penyedia konten (Content Provider) pada unit distribusi PLN Jawa Timur. Layanan ini akan memberitahukan jumlah pemakaian listrik dalam satu periode, cara dan tempat pembayaran yang bisa dipilih pelanggan, dan cabang-cabang PLN yang ada dalam wilayah tertentu. Layanan I-SMS juga hanya terbatas pada daerah Jawa dan itu juga belum maksimal serta belum dikembangkan hingga seluruh Indonesia.
2.      Proses dalam pengambilan keputusannya
Pemecahan masalah (problem solving) terdiri atas respon terhadap hal yang berjalan baik, serta terhadap hal yang berjalan dengan buruk dengan cara mendefinisikan masalah (problem) sebagai kondisi atau peristiwa yang berbahaya atau dapat membahayakan perusahaan, atau yang bermanfaat atau dapat memberikan manfaat. Dalam proses penyelesaian masalah manajer terlibat dalam proses pembuatan keputusan (decision making). Yaitu tindakan memilih berbagai alternatif solusi pemecahan masalah. Keputusan (decision) didefinisikan sebagai tindakan pilihan dan sering kali perlu untuk mengambil banyak keputusan dalam proses pemecahan satu masalah saja.    
Dalam fase pemecahan masalah digambarkan empat tahapan dari Herbert A.


Simon, menurut Simon orang yang memecahkan masalah terlibat dalam :
a. Aktivitas intelijen yaitu mencari disekitar lingkungan yang harus dipecahkan
b.      Aktivitas perangcangan (design) yaitu menemukan, mengembangkan, dan menganilisis tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan
c.         Aktivitas pemilihan (choise) yaitu memilih tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia
d.      Aktivitas pengkajian (implementation) yaitu memeriksa pilihan-pilihan yang lalu.
3.      Penggunaan teknologi didalamnya
Sebelum Dahlan Iskan menjabat sebagai direktur utama, ada berbagai fakta yang membuat PLN sebagai perusahaan pengelolaan listrik berjalan dengan tidak efektif dan cenderung tidak masuk akal.
1. Negara Indonesia potensial energi listrik, tetapi mengalami krisis listrik.
2.  PLN bersedia membeli li­strik seharga Rp 1.050/KWh dari Malaysia, padahal ada pembangkit swasta nasional yang menawarkan Rp 600/KWh
3.    PLN tidak bisa mendapatkan gas hingga puluhan tahun. Perusahaan ini memiliki banyak pembangkit berbahan bakar gas, yang berkapasitas besar dan kualitas kelas satu, tetapi justru menggunakan solar yang biayanya bisa membengkak tiga kali lipat.
4.    Di Kalimantan Timur yang kaya batu bara, pembangkit listriknya malah berbahan bakar solar. Kalau dilihat dari kekayaan alam Indonesia, keadaan ini menjadi sungguh ironis, negara kita ekspor batu bara besar-besaran, tetapi juga impor solar habis-habisan.
5.      Saat ini kebutuhan gas PLN kurang dari 1 juta million metric British thermal units (MMBtu). Jika itu terpenuhi, bisa berhemat Rp 15 triliun per tahun. Ujung-ujungnya, jika gas terpenuhi, dapat mengurangi subsidi pemerintah.
6.      Sampai tahun 2015, PLN dihadapkan pada dua tantangan.
a.       Pertama, untuk jangka pendek (1-2 tahun ke depan) listriknya harus nyala dulu agar tidak byar-pet lagi. Untuk itu, PLN menyewa generator dengan biaya sangat mahal. Meski tidak efisien, hal itu harus dilakukan mengingat status­nya adalah Public Service Obligation (PSO), sehingga bagaimanapun ada proses politik yang terkait di BUMN itu.
b.      Kedua, rencana jangka panjang: harus bisa membangun dan melakukan efisiensi. Tahun 2015 harus bisa rnembangun dan menambah pasokan listrik 20 ribu MW. Untuk itu, dibutuhkan dana sekitar Rp 800 triliun.
7.      Dilihat dari kinerja secara financial, 2 tahun berturut-turu yaitu pada tahun 2007 dan 2008 PLN masih mengalami kerugian
Tabel 1. Pendapatan laba(rugi) bersih PT PLN (persero)
Pendapatan dan Laba (Rugi) Bersih PT.PLN (Persero)
Tahun
2007
2008
2009*
Jumlah pendapatan usaha (Rp juta)
114.042.687
164.208.510
106.244.646
Laba (Rugi) bersih (Rp juta)
(5.645.107)
(12.303.716)
8.346.889

Sumber: Laporan Keuangan PT PLN (Persero)
*Keterangan: sampai dengan Q3
Dilihat dari fakta yang terdapat diatas, PLN terlihat sebagai organisasi yang tidak effisien. Dari segi pencapaian tujuan, PLN masih merugi pada tahun 2007 dan 2008. Baru di tahun 2009 kinerja keuangan menunjukkan hasil yang positif. Dari sistem kerja yang digunakan saat ini, PLN masih dinilai memboroskan uang negara sebesar 15 Triliun setahun. Dari sisi konstituensi strategis, PLN belum memuaskan pelanggannya yang menginginkan listrik tidak mati karena kurangnya pasokan listrik.
Lalu Teknologi yang digunakan oleh Dahlan Iskan ?
Pada minggu per­tama menjabat, ia sudah merealisasi program jangka pendek. Yaitu, mengganti sumber energi primer dan menyediakan trafo cadangan untuk keperluan distribusi listrik. Penggantian energi primer ini diklaimnya bisa menghemat beban subsidi sebesar Rp 5 triliun tiap tahun.
Langkah awal yang dilakukan untuk meng­ganti sumber energi primer adalah: meneken kontrak pembelian gas dari Perusahaan Gas Negara. Dengan pembelian gas ini, pasokan gas sebesar 8 billion British thermal unit per hari disalurkan untuk pembangkit tenaga uap di Talang Duku, Sumatera Selatan. Untuk pem­bangkit Utara disalurkan 150 MMBtu.
Langkah kedua, yaitu membangun 100 unit pem­bangkit tenaga uap kecil untuk menggantikan mesin diesel yang selama ini digunakan di luar Jawa, seperti Sumatera dan Kalimantan.
Langkah ketiga, yaitu menyediakan 12 unit trafo cadangan berkapasitas 500 KA buat sejumlah gardu di Jawa, Madura dan Bali. Trafo cadangan ini pen­ting guna mengantisipasi terjadinya gangguan pasokan listrik ketika gardu induk rusak.
Langkah keempat, Untuk penanganan Indonesia Timur hal yang dilakukan adalah, Pertama, mengganti diesel dengan pembangkit listrik kecil berjumlah 70 unit. Kedua, mengadakan pembangkit listrik tenaga matahari besar-be­saran. Ketiga, membangun pembangkit mikro hidro besar-besaran di Sulawesi dan Papua.
Tidak hanya masalah teknis yang dibenahi, tetapi juga birokrasi. Yaitu, dengan memang­kas jalur pengambilan keputusan. Di sistem Iama PLN, suatu keputusan harus diputuskan di rapat direksi, kemudian dibuat naskah keputusan, lalu di­tandatangani seluruh direktur. Akibatnya, ada keputusan yang umurnya sudah setahun, tetapi barn diteken.
Akhirnya, Dahlan mengubah sistem itu lebih pendek birokrasinya. Dibentuk sekitar 6 komite, antara lain Komite SDM, Komite Investasi atau Komite Transmisi. Komite investasi hanya melibatkan ketua komite, direktur keuangan, direktur bisnis dan manaje­men risiko, direktur perencanaan dan direktur operasional.
Kalau komite sudah memutuskan, itu adalah keputusan direksi. Kini praktis 2-3 kali rapat sudah kelar, bahkan ada yang sekali rapat.
Setelah birokrasi, Dahlan pun membenahi struktur organisasi. Dulu di bawah direktur terdapat deputi direktur. Otomatis jabatannya adalah wakil direktur. Posisi ini ditiadakan, diganti menjadi kepala divisi.












Gambar 1. Struktur organisasi PLN

Guna mengontrol pencapaian target pro­gram atau kinerja PLN, Dahlan membentuk lembaga semacam Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang dibentuk mirip ketika Kun­turo menjabat sebagai dirut. Jadi, ada satu kepala divisi yang ditugaskan khusus untuk melakukan monitoring target. Misalnya, ditugaskan memantau kemajuan program listrik prabayar, revolusi di Sumatera Utara, dan sebagainya.
Untuk membenahi PLN, Dahlan pun berupaya menanamkan sense of crisis tahun 1998 sebagaimana di Jawa Pos. Saat di kantor media itu, jika kacamatanya patah, ia hanya mengikatnya dengan karet. Lalu, ada juga karyawan yang memintanya tidak naik Mercy lagi, akhirnya ia hanya naik Hyundai kecil. Untuk mengubah mindset karyawan PLN. Dulu terdapat lift khusus dirut, tapi sekarang lift itu boleh digunakan untuk siapa saja
Sebagai pemimpin, Dahlan berusaha memberikan contoh nyata bagi bawahannya. Misalnya, ia disiplin bcrangkat pagi dan pukul 6.45 WIB sudah berada di kantor. Rapat direksi pun diubah menjadi puku17.00 WIB.
Kehadiran Dahlan sejak awal memang ditentang karyawan. Bagaimana menga­tasi resistensi itu? Dahlan iskan hanya mendiamkan saja, karena Dia berpikir karyawan kan belum tahu saya lebih jauh.
Hasil yang dicapai dari perubahan teknologi
Pemadaman listrik di beberapa tempat berkurang. Misalnya di Medan, sejak awal Maret sudah tidak ada mati listrik. Listrik di Karimun dan Tanjung Pinang juga tidak mati lagi sejak pertengahan Maret. Di Makassar dan Manado, tidak mati lampu terhitung akhir Maret. Pendeknya, tiap minggu ditargetkan ada peningkatan daerah-daerah yang bebas byar-pet. Jika pemerintah menargetkan crash program mengatasi pemadaman pada Oktober 2010, Dahlan berani mencapai target lebih cepat, yaitu Juni 2010.
Karyawan pun mengakui kehebatan Dah­lan. "Visi dan budaya kerja PLN menjadi world class service diperluas dari tadinya Jakarta saja kini hingga area jawa-Bali," ungkap Tri Budi Darmawan, Deputi Manajer Perencanaan Kantor Distribusi Gambir. Budi memuji kini bosnya lebih egaliter karena mau turun ke bawah. "Kami diberi contoh langsung mental melayani," [2]



























 III.            PENUTUP
Kesimpulan
Sistem pendukung keputusan atau Decision Support System (DSS) merupakan suatu system berbasis komputer  dimana dapat melakukan pengolahan dan menjadi informasi bagi user sebagai pendukung user dalam pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada dasarnya DSS merupakan sebuah system dimana dapat membantu seorang manager untuk mengambil keputusan secara tepat dan akurat karena DSS telah didukung oleh kemampuan menganalisis yang cermat berdsarkan data-data dan metodologi yang tepat. Selian itu output yang dihasilkan oleh DSS dapat disajikan dengan lebih jelas, terperinci dan dapat melibatkan multimedia berupa grafik. Dalam penerapannya DSS dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, yaitu bidang pendidikan, social, ekonomi, kesehatan dan sebagainya.
            Dan langkah yang dilakukan bapak Dahlan Iskan pada masa jabatannya sangat bagus untuk diterapkan
Untuk mengubah kinerja organisasi memang diperlukan teknologi baru. Seperti yang dilakukan Dahlan Iskan di PLN. Dia menggunakan teknologi terbaru untuk mengganti kerja pembangkit, juga teknologi untuk memperpendek jalur birokrasi. Struktur organisasipun ikut berubah dengan adanya teknologi yang dibawa Dahlan Iskan.
Tidak hanya itu, Dahlan Iskan juga membawa teknologi dalam bentuk manajemen manusia untuk mendekatkan diri dengan karyawan PLN. Juga mampu mempersatukan dan memotivasi karyawan PLN untuk menjadi world class quality.
Jadi, teknologi yang tepat akan membuat kinerja suatu organisasi menjadi lebih efektif.









 IV.            DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar