DECISION SUPPORT SYSTEM
PADA PT PLN (Persero)
Mata
Kuliah :
Sistem Informasi Manajemen
Dosen
Pengampu : Septia Lutfi
Disusun
Oleh : Esty Rahayu Astutik
NIM
: 1140273
Jurusan
: Akuntansi
STIE
BANK BPD JATENG
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Semarang, 2 November 2015
Penulis
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19,
ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk
kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV.NIGM yang
memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama
Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai
oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945,
perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia
pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan
Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja.
Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas
dan kokas.
Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara
yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan
Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas. Saat itu kapasitas pembangkit
tenaga listrik PLN sebesar 300 MW. Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan
status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN).
Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang
kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik.
Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan
dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
2.
Rumusan
Masalah
1. Sistem Informasi Manajemen Dalam PT PLN (Persero)
2. Proses dalam pengambilan keputusannya
3. Pemanfaatan teknologi pada perusahaan PLN
II.
PEMBAHASAN
1.
Sistem
Informasi Manajemen Dalam PT PLN (Persero)
Program pengembangan
system informasi manajemen PLN memprioritaskan
implementasi aplikasi perusahaan dan
manajemen pelanggan.
Aktivitas yang telah dilakukan perusahaan
hingga akhir 2006 adalah antara lain:
1. Enterprise Resource Planning (ERP)
• Operasi sepenuhnya dari system ERP dimulai dari 4 projek awal (pilot
project), antara lain: kantor utama, distribusi bali, distribusi Jakarta Raya
dan Tangerang dan PLN P3B.
• Inisiasi implementasi program Go Live
Support Extension (GLSE)
Dengan pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), yang telah
dilakukan pada kantor utama, distribusi Bali, distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang dan PLN P3B dan ditujukan sebagai program implementasi awal dari Go
Live Support Extension (GLSE) yang ditujukan untuk mendukung perubahan sistem
informasi manajemen secara luas dalam operasional PLN yang sebelumnya belum
maksimal dalam menerapkan ERP.
2. Information Technology Master Plan (ITMP)
• Pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning
(ERP), dimana salah satunya adalah corporate and shared services (CSSC –
Corporate Share Services Center).
• Pengaturan dari
skenario yang terbesar dari pengembangan sebuah Customer
Information System (CIS).
Selain telah menerapkan ERP, PLN juga sedang mengembangkan salah satu
aplikasi ERP yang mencakup rencana pembuatan beberapa aplikasi yang termasuk
dalam Information Technology Master Plan (ITMP) (rencana utama teknologi
informasi) yang mencakup rencana pembuatan aplikasi corporate and shared
services (CSSC – Corporate Share Services Center) yang menunjukkan integrasi
antar unit PLN di satu wilayah operasi yang akan memudahkan pertukaran
informasi antar unit PLN dalam wilayah operasi tersebut. Cakupan pengembangan
aplikasi menurut ITMP lainnya adalah pengaturan dari scenario yang terbesar
dari pengembangan sebuah Customer Information System (CIS) yang tentu saja akan
memudahkan pengaturan seluruh data pelanggan, dan untuk memudahkan penentuan
beban tarif yang akan ditagih pada pelanggan, sebab dengan cara manual sudah
sangat tidak memungkinkan dengan bertambahnya jumlah pelanggan PLN. Dalam
mengimplementasikan CIS ini, PLN telah membentuk tim untuk merancang kebijakan
dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi CIS ini di tahun 2006.
3. Information Technology Detail Implementation Plan (ITDP)
Penyelesaian laporan dari awal, yaitu pengisian kuesioner untuk
DisCo(Distribusi), TransCo(Transmisi), dan GenCo(Generasi), dan kemudian akan
dilanjutkan dengan studi komparatif pada praktek terbaik sebelum kompilasi
akhir dari dokumen perencanaan detail IT (IT Details Plan document).
4. Customer Information System (CIS)
Pembentukan tim koordinasi CIS PLN 2006 yang menyusun dan menyiapkan
rencana kebijakan dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi CIS PLN
2006.
5. E-Procurement
• Modul KHS (Unit Price Agreement) dari aplikasi
e-Proc telah beroperasi dalam beberapa bagian unit PLN.
• Aplikasi SIMAT menggunakan aplikasi data pendukung dari keseimbangan
supply material untuk e-Proc dalam 17
unit.
Pengembangan system infomasi lainnya yang
diimplementasikan pada tahun 2006 adalah E-procurement, yaitu pengadaan barang
secara on-line. Di sini, para supplier harus mendaftarkan perusahaannya
terlebih dahulu pada PLN, setelah mendaftarkan perusahaan, PLN akan memberikan
ID dan Password bagi perusahaan tersebut. ID dan Password ini digunakan untuk
masuk ke web site pengadaan PLN dan kemudian akan memberikan penawaran pada
PLN. PLN kemudian akan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain yang juga
telah memberikan penawaran dengan modul KHS (Unit Price Agreement / persetujuan
harga unit). Supplier yang keluar sebagai pemenang akan diberitahukan melalui
e-mail, web site PLN maupun telepon.
Aplikasi yang digunakan adalah aplikasi
SIMAT yang menggunakan aplikasi data pendukung dari keseimbangan supply
material untuk e-Proc dalam 17 unit. Hal ini berarti bahwa jika salah satu
jenis stock barang yang saling bergantung telah hampir habis, maka aplikasi ini
akan memberitahukan untuk segera melakukan pengadaan material yang telah hamper
habis tersebut. Sebagai contoh, satu buah tiang listrik harus menampung 5 kabel
listrik. Jika kabel listrik sisa 4 maka sistem akan segera memberitahukan untuk
melakuikan pengadaan kabel listrik agar segera menjadi 5 untuk memenuhi syarat
sebuah tiang listrik tersebut.
6. I-SMS
• Penyelesaian dari Service Cooperation
Agreement untuk I-SMS 8123 untuk
periode tahun 2006-2007 antara PT PLN
(Persero) dan operator selular sebagai penyedia konten (Content Provider).
Penandatanganan kontrak (Agreement)
dari layanan I-SMS out-in Service Pilot Project Implementation telah diadakan
di APJ Surabaya Selatan pada unit distribusi PLN Jawa Timur
System informasi lainnya yang baru diterapkan adalah I-SMS 8123 yang akan
selesai diimplementasikan pada tahun 2006-2007 antara PT PLN (Persero) dan
operator selular sebagai penyedia konten (Content Provider) pada unit
distribusi PLN Jawa Timur. Layanan ini akan memberitahukan jumlah pemakaian
listrik dalam satu periode, cara dan tempat pembayaran yang bisa dipilih
pelanggan, dan cabang-cabang PLN yang ada dalam wilayah tertentu. Layanan I-SMS
juga hanya terbatas pada daerah Jawa dan itu juga belum maksimal serta belum
dikembangkan hingga seluruh Indonesia.
2. Proses dalam pengambilan keputusannya
Pemecahan masalah (problem solving) terdiri atas respon terhadap hal yang
berjalan baik, serta terhadap hal yang berjalan dengan buruk dengan cara
mendefinisikan masalah (problem) sebagai kondisi atau peristiwa yang berbahaya
atau dapat membahayakan perusahaan, atau yang bermanfaat atau dapat memberikan
manfaat. Dalam proses penyelesaian masalah manajer terlibat dalam proses
pembuatan keputusan (decision making). Yaitu tindakan memilih berbagai
alternatif solusi pemecahan masalah. Keputusan (decision) didefinisikan sebagai
tindakan pilihan dan sering kali perlu untuk mengambil banyak keputusan dalam proses
pemecahan satu masalah saja.
Dalam fase
pemecahan masalah digambarkan empat tahapan dari Herbert A.
Simon,
menurut Simon orang yang memecahkan masalah terlibat dalam :
a. Aktivitas intelijen yaitu mencari disekitar lingkungan yang harus
dipecahkan
b.
Aktivitas perangcangan (design) yaitu menemukan,
mengembangkan, dan menganilisis tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan
c. Aktivitas
pemilihan (choise) yaitu memilih tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia
d.
Aktivitas pengkajian (implementation) yaitu
memeriksa pilihan-pilihan yang lalu.
3. Penggunaan teknologi didalamnya
Sebelum Dahlan Iskan menjabat
sebagai direktur utama, ada berbagai fakta yang membuat PLN sebagai perusahaan
pengelolaan listrik berjalan dengan tidak efektif dan cenderung tidak masuk
akal.
1. Negara Indonesia potensial energi listrik, tetapi mengalami krisis listrik.
2. PLN bersedia membeli listrik seharga Rp 1.050/KWh dari Malaysia, padahal
ada pembangkit swasta nasional yang menawarkan Rp 600/KWh
3. PLN tidak bisa mendapatkan gas hingga puluhan tahun. Perusahaan ini
memiliki banyak pembangkit berbahan bakar gas, yang berkapasitas besar dan
kualitas kelas satu, tetapi justru menggunakan solar yang biayanya bisa
membengkak tiga kali lipat.
4.
Di Kalimantan
Timur yang kaya batu bara, pembangkit listriknya malah berbahan bakar solar.
Kalau dilihat dari kekayaan alam Indonesia, keadaan ini menjadi sungguh
ironis, negara kita ekspor batu bara besar-besaran, tetapi juga impor solar
habis-habisan.
5.
Saat ini kebutuhan gas PLN kurang dari 1 juta million metric British thermal units (MMBtu). Jika itu
terpenuhi, bisa berhemat Rp 15 triliun per tahun. Ujung-ujungnya, jika gas terpenuhi,
dapat mengurangi subsidi pemerintah.
6.
Sampai tahun 2015, PLN dihadapkan pada dua tantangan.
a.
Pertama, untuk jangka pendek (1-2 tahun ke depan)
listriknya harus nyala dulu agar tidak byar-pet
lagi. Untuk itu, PLN menyewa generator dengan biaya sangat mahal.
Meski tidak efisien, hal itu harus dilakukan mengingat statusnya adalah Public Service Obligation (PSO), sehingga
bagaimanapun ada proses politik yang terkait di BUMN itu.
b. Kedua, rencana jangka panjang: harus bisa membangun dan melakukan efisiensi.
Tahun 2015 harus bisa rnembangun dan menambah pasokan listrik 20 ribu MW. Untuk
itu, dibutuhkan dana sekitar Rp 800 triliun.
7. Dilihat dari kinerja secara financial, 2 tahun berturut-turu yaitu pada
tahun 2007 dan 2008 PLN masih mengalami kerugian
Tabel 1. Pendapatan laba(rugi) bersih PT PLN (persero)
Pendapatan dan Laba (Rugi) Bersih PT.PLN
(Persero)
|
|||
Tahun
|
2007
|
2008
|
2009*
|
Jumlah pendapatan usaha (Rp juta)
|
114.042.687
|
164.208.510
|
106.244.646
|
Laba (Rugi) bersih (Rp juta)
|
(5.645.107)
|
(12.303.716)
|
8.346.889
|
Sumber: Laporan Keuangan PT PLN (Persero)
*Keterangan:
sampai dengan Q3
Dilihat dari fakta yang terdapat diatas, PLN terlihat sebagai organisasi
yang tidak effisien. Dari segi pencapaian tujuan, PLN masih merugi pada tahun
2007 dan 2008. Baru di tahun 2009 kinerja keuangan menunjukkan hasil yang
positif. Dari sistem kerja yang digunakan saat ini, PLN masih dinilai
memboroskan uang negara sebesar 15 Triliun setahun. Dari sisi konstituensi
strategis, PLN belum memuaskan pelanggannya yang menginginkan listrik tidak
mati karena kurangnya pasokan listrik.
Lalu Teknologi yang digunakan oleh Dahlan Iskan ?
Pada minggu
pertama menjabat, ia sudah merealisasi program jangka pendek. Yaitu, mengganti
sumber energi primer dan menyediakan trafo cadangan untuk keperluan distribusi
listrik. Penggantian energi primer ini diklaimnya bisa menghemat beban subsidi
sebesar Rp 5 triliun tiap tahun.
Langkah awal
yang dilakukan untuk mengganti sumber energi primer adalah: meneken kontrak
pembelian gas dari Perusahaan Gas Negara. Dengan pembelian gas ini, pasokan gas
sebesar 8 billion British thermal unit per
hari disalurkan untuk pembangkit tenaga uap di Talang Duku, Sumatera Selatan.
Untuk pembangkit Utara disalurkan 150 MMBtu.
Langkah
kedua, yaitu membangun 100 unit pembangkit tenaga uap kecil untuk menggantikan
mesin diesel yang selama ini digunakan di luar Jawa, seperti Sumatera dan
Kalimantan.
Langkah
ketiga, yaitu menyediakan 12 unit trafo cadangan berkapasitas 500 KA buat
sejumlah gardu di Jawa, Madura dan Bali. Trafo cadangan ini penting guna
mengantisipasi terjadinya gangguan pasokan listrik ketika gardu induk rusak.
Langkah keempat, Untuk penanganan Indonesia Timur hal yang dilakukan
adalah, Pertama, mengganti diesel dengan pembangkit listrik kecil berjumlah 70
unit. Kedua, mengadakan pembangkit listrik tenaga matahari besar-besaran.
Ketiga, membangun pembangkit mikro hidro besar-besaran di Sulawesi dan Papua.
Tidak hanya masalah teknis yang dibenahi, tetapi juga birokrasi. Yaitu,
dengan memangkas jalur pengambilan keputusan. Di sistem Iama PLN, suatu keputusan harus diputuskan di rapat direksi,
kemudian dibuat naskah keputusan, lalu ditandatangani seluruh direktur.
Akibatnya, ada keputusan yang umurnya sudah setahun, tetapi barn diteken.
Akhirnya,
Dahlan mengubah sistem itu lebih pendek birokrasinya. Dibentuk sekitar 6 komite, antara lain Komite SDM, Komite Investasi atau
Komite Transmisi. Komite investasi hanya melibatkan ketua komite, direktur
keuangan, direktur bisnis dan manajemen risiko, direktur perencanaan dan
direktur operasional.
Kalau komite sudah memutuskan, itu adalah keputusan direksi. Kini praktis
2-3 kali rapat sudah kelar, bahkan ada yang sekali rapat.
Setelah birokrasi, Dahlan pun membenahi struktur organisasi. Dulu di
bawah direktur terdapat deputi direktur. Otomatis
jabatannya adalah wakil direktur. Posisi ini ditiadakan, diganti menjadi kepala
divisi.
Gambar 1. Struktur organisasi PLN
Guna mengontrol pencapaian target program atau kinerja PLN, Dahlan membentuk lembaga semacam Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) yang dibentuk mirip ketika Kunturo menjabat sebagai dirut. Jadi, ada satu kepala divisi yang ditugaskan khusus untuk melakukan monitoring target. Misalnya, ditugaskan memantau kemajuan program listrik prabayar, revolusi di Sumatera Utara, dan sebagainya.
Untuk membenahi PLN, Dahlan pun
berupaya menanamkan sense of crisis tahun
1998 sebagaimana di Jawa Pos. Saat di kantor media itu, jika kacamatanya patah,
ia hanya mengikatnya dengan karet. Lalu, ada juga karyawan yang memintanya
tidak naik Mercy lagi, akhirnya ia hanya naik Hyundai kecil. Untuk mengubah mindset karyawan PLN. Dulu terdapat lift khusus dirut, tapi sekarang lift itu boleh digunakan untuk siapa
saja
Sebagai pemimpin, Dahlan berusaha memberikan
contoh nyata bagi bawahannya. Misalnya, ia disiplin bcrangkat pagi dan pukul
6.45 WIB sudah berada di kantor. Rapat direksi pun diubah menjadi puku17.00
WIB.
Kehadiran Dahlan sejak awal memang ditentang
karyawan. Bagaimana
mengatasi resistensi itu? Dahlan iskan hanya mendiamkan saja, karena Dia
berpikir karyawan kan belum tahu saya lebih jauh.
Hasil yang dicapai dari perubahan
teknologi
Pemadaman listrik di beberapa
tempat berkurang. Misalnya di Medan, sejak awal Maret sudah tidak ada mati
listrik. Listrik di Karimun dan Tanjung Pinang juga tidak mati lagi sejak
pertengahan Maret. Di Makassar dan Manado, tidak mati lampu terhitung akhir
Maret. Pendeknya, tiap minggu ditargetkan ada peningkatan daerah-daerah yang
bebas byar-pet. Jika pemerintah menargetkan crash program
mengatasi pemadaman pada Oktober 2010, Dahlan berani mencapai target lebih
cepat, yaitu Juni 2010.
Karyawan pun mengakui kehebatan
Dahlan. "Visi dan budaya kerja PLN menjadi world class service diperluas
dari tadinya Jakarta saja kini hingga area jawa-Bali," ungkap Tri Budi
Darmawan, Deputi Manajer Perencanaan Kantor Distribusi Gambir. Budi memuji kini
bosnya lebih egaliter karena mau turun ke bawah. "Kami diberi contoh langsung
mental melayani," [2]
III.
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem pendukung keputusan atau Decision Support
System (DSS) merupakan suatu system berbasis komputer dimana dapat
melakukan pengolahan dan menjadi informasi bagi user sebagai pendukung user
dalam pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada
dasarnya DSS merupakan sebuah system dimana dapat membantu seorang manager
untuk mengambil keputusan secara tepat dan akurat karena DSS telah didukung
oleh kemampuan menganalisis yang cermat berdsarkan data-data dan metodologi
yang tepat. Selian itu output yang dihasilkan oleh DSS dapat disajikan dengan
lebih jelas, terperinci dan dapat melibatkan multimedia berupa grafik. Dalam
penerapannya DSS dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, yaitu bidang
pendidikan, social, ekonomi, kesehatan dan sebagainya.
Dan langkah yang dilakukan bapak
Dahlan Iskan pada masa jabatannya sangat bagus untuk diterapkan
Untuk mengubah kinerja organisasi
memang diperlukan teknologi baru. Seperti yang dilakukan Dahlan Iskan di PLN.
Dia menggunakan teknologi terbaru untuk mengganti kerja pembangkit, juga
teknologi untuk memperpendek jalur birokrasi. Struktur organisasipun ikut
berubah dengan adanya teknologi yang dibawa Dahlan Iskan.
Tidak hanya itu, Dahlan Iskan
juga membawa teknologi dalam bentuk manajemen manusia untuk mendekatkan diri
dengan karyawan PLN. Juga mampu mempersatukan dan memotivasi karyawan PLN untuk
menjadi world class quality.
Jadi, teknologi yang tepat akan
membuat kinerja suatu organisasi menjadi lebih efektif.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar